0

Puisi dalam buku antologi puisi berjudul “Ayah, di Bahumu Aku Bersandar”

Posted by rhisma hilda on 21.41 in
Puisi dalam buku antologi puisi berjudul “Ayah, di Bahumu Aku Bersandar”

Pada lelaki mana lagi kah seorang anak dapat bersandar dengan tenang jika bukan pada ayahnya sendiri? Yaap, judul antologi puisi ini menggambarkan betapa kokoh dan tangguhnya seorang ayah dalam menghidupi keluarganya. Tanpa mengenal lelah ia rela bertaruh nyawa untuk mendapatkan sesuap nasi bagi keluarganya. Sosok ayah sangat berarti, tanpanya keluarga terasa tidak lengkap. Mungkin sosok ayah terlihat kaku dan menakutkan, tapi seorang ayah adalah lelaki pertama yang dicintai oleh putrinya. Seorang lelaki yang menawarkan kehangatan, kenyamanan, keamanan, bahkan mungkin sosoknya lah yang menjadi inspirasi untuk mencari calon suami putrinya kelak. Who knows?

Dalam buku ini puisi saya berjudul ‘Lelaki yang Menyayangiku dalam Diam’ dan Surat Cinta untuk Ayah’ berada di halaman 120-123. Puisi ini sengaja saya tulis untuk menggambarkan betapa berartinya seorang ayah dalam kehidupan saya. Selain ibu, sosoknya lah yang menjadi pelengkap cerita di dalam rumah. Menjadi anak dari seorang tentara membuat saya bangga dan mengerti apa arti sebuah perjuangan, pengorbanan dan keikhlasan. Perjuangan dan pengorbanan yang selalu disertai rasa keikhlasan. Jika mereka tak menghargai perjuangan dan pengorbananmu di masa lalu maupun saat ini, ketahuilah di sini, di tempat ini ada seorang anak yang bangga menyebut dan memperkenalkanmu pada dunia.


Puisi pertama:
Lelaki yang Menyayangiku dalam Diam
Depok, 13 November 2015


Wajah tegas penuh wibawanya selalu terlihat hangat
Walau tak pernah terucap kata manis tuk ungkapkan rasa
Tetapi ku tahu bahwa ia lah lelaki pertama yang menyayangiku
Lelaki yang selalu melindungi dan mencintaiku

Ia bukan seorang penyair yang terampil bermain kata
Ia bukan juga seorang pengumbar janji yang hanya memberi harap
Ia adalah seorang bermental baja dan berhati ksatria
Ya, dia lah ayahku sang pelindung bangsa

Aku mengerti bahwa tugasnyalah yang membentuk karakternya
Tegas, disiplin nan berwibawa
Namun, di balik itu semua terselip sebuah perhatian
Perhatian dan kekhawatiran yang sangat besar tuk keluarga

Ayah, dia lah sosok pelindung dan penyayang yang setia
Tak pernah ia lelah menyayangiku meski hanya terpendam dalam hati
Ia tak pernah ungkapkan bukan berarti tak merasakan
Ia hanya tak tahu apa yang harus dikatakan

Ayah, lelaki yang diam-diam mencemburuiku
Lelaki yang mengkhawatirkanku dalam diam
Ayah, ketahuilah bahwa tak kan pernah ada lelaki yang menggantikanmu
Dan ketahuilah bahwa engkau adalah lelaki pertama yang kusayangi dan akan tetap kusayangi


Puisi kedua:
Surat Cinta untuk Ayah
Depok, 9 November 2015


Sosok tegas nan berwibawa itu kini tengah berperang
Berperang antara keluarga dan profesionalismenya
Ia tegarkan hati dan berusaha tuk cepat kembali ke pelukan
Dia, yang selama ini ku panggil ayah

Dengan gagahnya ia langkahkan kaki tuk bela Ibu Pertiwi
Demi Ibu Pertiwi ia rela korbankan waktu berharganya
Waktu demi waktu yang ia habiskan tanpa belai lembut keluarga
Sungguh, aku tak pernah menyesal memilikinya

Ayah, ku tahu dalam diamnya terdapat rasa sayang tulus
Dia yang dalam diamnya tersimpan rasa cinta yang dalam
Dia yang dalam doanya terus menyebut nama kami
Dia yang dalam hatinya tercurah sebingkai perhatian

Aku tahu, ia tak pandai tuk ungkapkan segala rasa
Aku pun tahu bahwa dia diam-diam mengkhawatirkan kami disini
Kami yang selalu menjadi tempat ia kembali setelah berperang
Ayah, tanpa kata yang kau ucap aku mengerti semua risaumu

Ayah, mungkin kau hanya terjebak dalam raga yang kokoh nan tangguh itu
Tapi aku tahu jika kau pun dapat menangis dan mencinta
Ayah, tanpa kau berkata pun aku sudah merasakan besarnya cintamu
Dan ku harap Ayah pun merasakan besarnya cintaku untukmu..




0 Comments

Posting Komentar

Copyright © 2009 Coretan Kertas.. All rights reserved. Theme by Laptop Geek. | Bloggerized by FalconHive | Distributed by Deluxe Templates