1

Ukuran-ukuran Dasar Epidemiologi

Posted by rhisma hilda on 12.05 in
Dalam ukuran-ukuran dasar epidemiologi dikenal ada angka kesakitan dan angka kematian. Keduanya merupakan ukuran dasar dalam epidemiologi untuk menentukan angka kesakitan maupun kematian.

A. Angka Kesakitan
Angka kesakitan atau yang biasa disebut dengan 'Morbiditas' adalah angka yang menunjukkan derajat sakit, cedera atau gangguan pada suatu populasi. Morbiditas juga merupakan suatu penyimpangan dari status sehat dan sejahtera atau keberadaan suatu kondisi sakit. Morbiditas mengacu pada angka kesakitan yaitu jumlah orang yang sakit dibandingkan dengan populasi tertentu yang sering kali merupakan kelompok yang sehat atau kelompok yang beresiko. 

Di dalam Epidemiologi, ukuran utama morbiditas adalah angka Insidensi, prevalensi dan berbagai ukuran turunan dari kedua indikator tersebut. Ukuran-ukuran untuk angka kesakitan adalah sebagai berikut:
1.    Rate adalah proporsi dalam bentuk khusus perbandingan antara pembilang dengan penyebut atau kejadian dalam suatu populasi tertentu dengan jumlah penduduk dalam populasi tersebut dalam batas waktu tertentu. Ukuran Rate antara lain:
a.    Incidence Rate 
b.    Prevalence Rate
c.    Point Prevalence Rate
d.    Period Prevalence Rate 
e.    Attack rate, dan lainnya.

Rumus umum Rate:


2.    Rasio adalah nilai relatif yang dihasilkan dari perbandingan dua nilai kuantitatif yang pembilangnya tidak merupakan bagian dari penyebut. 
      Nilai rasio jarang digunakan, kecuali pada beberapa hal khusus seperti rasio jenis kelamin (sex ratio), rasio mortalitas yang distandarisasi (SMR) dan lain-lain. 
     
      Rumus Rasio:


3.    Proporsi adalah perbandingan dua nilai kuantitatif yang pembilangnya merupakan bagian dari penyebut. 

     rumus proporsi:


 Rumus ukuran Kesakitan
1.    Incidence Rate
Incidence Rate adalah jumlah kasus baru yang terjadi di kalangan penduduk selama periode waktu tertentu. Incidence Rate adalah frekuensi timbulnya kasus baru suatu penyakit yang terjadi pada sekelompok penduduk/masyarakat selama waktu tertentu. Incidence rate biasa dinyatakan dalam periode waktu tertentu seperti bulan, tahun, dan lain-lain. Incidence rate biasanya digunakan untuk mengetahui etiologi.

Untuk dapat menghitung angka insidensi suatu penyakit, sebelumnya harus diketahui terlebih dahulu tentang :
·      Data tentang jumlah penderita baru.
·      Jumlah penduduk yang mungkin terkena penyakit baru(Population at Risk).

Manfaat Incidence Rate adalah :
·      Mengetahui masalah kesehatan yang dihadapi
·      Mengetahui Resiko untuk terkena masalah kesehatan yang dihadapi
· Mengetahui beban tugas yang harus diselenggarakan oleh suatu fasilitas pelayanan kesehatan.

Rumus: 




2.    Prevalence Rate
Prevalence Rate adalah ukuran dari frekuensi kasus baru dan kasus lama suatu  penyakit yang terjadi pada sekelompok penduduk/masyarakat selama waktu tertentu. Prevalence rate digunakan untuk mengukur jumlah orang dikalangan penduduk yang menderita sesuatu penyakit pada satu titik waktu tertentu.

Prevalence rate tergantung pada:
·         Jumlah orang yang telah sakit pada waktu yang lalu
·         Berapa lama mereka sakit

Meski sedikit yang sakit dalam setahun tetapi bila kronis, jumlahnya akan meningkat dari tahun ke tahun, maka prevalence rate akan > incidence rate. Bila penyakit akut (lama sakit pendek karena sembuh atau mati) prevalence relatif < incidence.

Rumus:



3.    Point Prevalence Rate
Point Prevalence Rate adalah jumlah penderita lama dan baru suatu penyakit pada suatu saat dibagi dengan jumlah penduduk pada saat itu. Dapat dimanfaatkan untuk mengetahui mutu pelayanan kesehatan yang diselenggarakan. Kegunaan point prevalence (terutama penyakit kronis) adalah untuk perencanaan kebutuhan fasilitas, tenaga, dan pemberantasan penyakit.

Rumus:



4.    Period Prevalence Rate
Period Prevalence Rate yaitu jumlah penderita lama dan baru suatu penyakit yang ditemukan pada suatu jangka waktu tertentu dibagi dengan jumlah penduduk pada pertengahan jangka waktu yang bersangkutan.

Nilai Periode Prevalen Rate hanya digunakan untuk penyakit yang sulit diketahui saat munculnya, misalnya pada penyakit Kanker dan Kelainan Jiwa.

Rumus:



Contoh: Suatu kantor dengan jumlah karyawan sebanyak 100 orang, 20 orang diantaranya sejak 2 bulan yang lalu tidak masuk kantor karena menderita penyakit A, dan selanjutnya pada hari ini 30 orang lainnya terpaksa pulang karena juga menderita penyakit A. Berapakah Period Prevalence Rate nya?
Perhitungan: Period PR = 100/20 x 100% = 50%


5.    Attack rate
Attack rate adalah Incidence rate pada epidemi. Attack rate yaitu Jumlah penderita baru suatu penyakit yang ditemukan pada suatu saat dibandingkan dengan jumlah penduduk yang mungkin terkena penyakit tersebut pada saat yang sama.

Manfaat Attack Rate adalah untuk memperkirakan derajat serangan atau penularan suatu penyakit. Makin tinggi nilai AR, maka makin tinggi  pula kemampuan penularan penyakit tersebut.  

Bila periode waktunya panjang, populasi yang menjadi resiko juga dapat berubah, maka digunakan penduduk pada pertengahan periode sebagai populasi yang menjadi resiko.

Rumus:





B. Angka Kematian
Angka kematian atau yang biasa disebut dengan 'Mortalitas' jumlah kematian yang terjadi dalam suatu populasi. Kematian adalah peristiwa menghilangnya semua tanda-tanda kehidupan secara permanen, yang bisa terjadi setiap saat setelah kelahiran hidup (Organisasi Kesehatan Dunia -WHO-). Mortalitas merupakan istilah epidemiologi dan data statistik vital untuk Kematian. Dikalangan masyarakat kita, ada 3 hal umum yang menyebabkan kematian, yaitu :
a.    Degenerasi Organ Vital & Kondisi terkait,
b.    Status penyakit,
c. Kematian akibat Lingkungan atau Masyarakat (Bunuh diri, Kecelakaan, Pembunuhan, Bencana Alam, dsb.)

Rumus ukuran Kematian
1.    Crude Death Rate 
Crude Death Rate adalah jumlah semua kematian yang ditemukan pada satu jangka waktu (umumnya 1 tahun) dibandingkan dengan jumlah penduduk pada pertengahan waktu yang bersangkutan. Crude death Rate adalah jumlah seluruh kematian selama satu tahun berjalan dibagi jumlah penduduk  pertengahan tahun atau midyear population disuatu negara.  Angka kematian kasar atau Crude death Rate (CDR) sangat tergantung pada komposisi seks dan umur penduduk. Bila komposisi penduduk terdiri dari banyak orang lanjut usia, maka CDR akan lebih tinggi, sebaliknya bila komposisi penduduknya terdiri dari banyak usia muda, maka CDR akan lebih kecil.  Istilah Crude (Kasar) digunakan karena setiap aspek kematian tidak memperhitungkan usia, jenis kelamin, atau variabel lain.

Rumus:



Contoh: Total kematian penduduk Indonesia tahun 2001 sebanyak 17.308.680 orang dan jumlah penduduk Indonesia pertengahan tahun 2001 sebanyak 178.440.000 orang. Berapa CDR tahun 2001?
Perhitungan;
CDR  = (17.308.680/ 178.440.000) X1000 = 9.7 per 1000
Angka kematian kasar penduduk Indonesia tahun 2001 adalah 10 orang per 1000 penduduk


2.    Age Specific Death Rate
Contohnya : Age specific death rate pada golongan usia 20-30 tahun
Rumus:


Contoh : Jumlah kematian karena TBC di suatu wilayah pada tahun 2000 adalah sebanyak 3.000 orang. Jumlah penduduk pertengahan tahun adalah 13.821.000. Berapakah rate kematian karena TBC tersebut ?
Perhitungan;
Spesific death rate =  (3.000/ 13.821.000) X 100.000
                               = 2 per 100.000 penduduk


3.    Infant Mortality Rate
Rumus:


Contoh: Total kematian bayi berusia <1 di jakarta Timur tahun 2003 sebanyak 12.038.254 orang dan jumlah seluruh kelahiran hidup tahun 2003 sebanyak 148.455.000 orang. Berapa IMR tahun 2003?
Perhitungan: IMR= 12.038.254/148.455.000 x 100%
= 8,1%


4.    Maternal Mortality Rate
Rumus:


Contoh: Total kematian ibu karena persalinan, kehaliman dan nifas di Jakarta Selatan tahun 2012 sebanyak 530.304 orang dan jumlah seluruh kelahiran hidup tahun 2012 sebanyak 12.390.00 orang. Berapa MMR tahun 2012?
Perhitungan: MMR = 530.304/12.390.00 x 1000 = 42,80
MMR 43 orang per 1000 penduduk.


5.    Child Mortality Rate
Rumus:



Contoh: Jumlah kematian anak yang berusia <5 tahun akibat diare di rumah sakit X, dilaporkan sebanyak 59 orang jumlah anak yang berusia <5 tahun pada tahun yang sama sebanyak 502 orang. Berapa CMR penyakit tersebut?
Perhitungan: CMR= 59/502 x 100% = 11,75%


6.    Case Fatality Rate 
Rumus:



Contoh: Jumlah kematian akibat kanker payudara di rumah sakit A, dilaporkan sebanyak 56 orang dan pasien yang dirawat dengan penyakit yang sama sebanyak 112 orang. Berapa Case Fatality Rate penyakit tersebut?
Perhitungan;
CFR = (56/ 112) X 100%
CFR = 50%


7.    Disease-specific Death Rate 
Misalnya: Penyakit tuberkulosis (TB)
Rumus:


Contoh: Jumlah kematian akibat TBC di rumah sakit Z, dilaporkan sebanyak 37 orang dan jumlah pasien yang dirawat dengan penyakit yang sama sebanyak 94 orang. Berapa DSDR penyakit tersebut?
Perhitungan: DSDR= 37/94 x 1000 = 393,6
DSDR penyakit TBC sebanyak 394 orang per 1000 penduduk.




Referensi:
Azrul Aswar (1999). Pengantar Epidemiologi, Jakarta, Binarupa Akasara.
Bahan Ajar Epidemiologi Poltekkes Jakarta II
Bambang Sutrisna (1994). Pengantar Metoda Epidemiologi, Jakarta, Dian Rakyat.
Bhisma Murti (2003). Prinsip dan Metode Riset Epidemiologi, Yogyakarta, Gadjah Mada University Press.
Bustan MN (2002). Pengantar Epidemiologi, Jakarta, Rineka Cipta.
Eko Budiarto (2003). Pengantar Epidemiologi, Jakarta, EGC.
Noor Nasri Noor (2000). Dasar Epidemiologi, Jakarta, Rineka Cipta.
Thomas C. Timmreck, PhD, 2005, Epidemiologi Suatu Pengantar, Jakarta, EGC.






0

Puisi dalam buku antologi puisi berjudul “Ayah, di Bahumu Aku Bersandar”

Posted by rhisma hilda on 21.41 in
Puisi dalam buku antologi puisi berjudul “Ayah, di Bahumu Aku Bersandar”

Pada lelaki mana lagi kah seorang anak dapat bersandar dengan tenang jika bukan pada ayahnya sendiri? Yaap, judul antologi puisi ini menggambarkan betapa kokoh dan tangguhnya seorang ayah dalam menghidupi keluarganya. Tanpa mengenal lelah ia rela bertaruh nyawa untuk mendapatkan sesuap nasi bagi keluarganya. Sosok ayah sangat berarti, tanpanya keluarga terasa tidak lengkap. Mungkin sosok ayah terlihat kaku dan menakutkan, tapi seorang ayah adalah lelaki pertama yang dicintai oleh putrinya. Seorang lelaki yang menawarkan kehangatan, kenyamanan, keamanan, bahkan mungkin sosoknya lah yang menjadi inspirasi untuk mencari calon suami putrinya kelak. Who knows?

Dalam buku ini puisi saya berjudul ‘Lelaki yang Menyayangiku dalam Diam’ dan Surat Cinta untuk Ayah’ berada di halaman 120-123. Puisi ini sengaja saya tulis untuk menggambarkan betapa berartinya seorang ayah dalam kehidupan saya. Selain ibu, sosoknya lah yang menjadi pelengkap cerita di dalam rumah. Menjadi anak dari seorang tentara membuat saya bangga dan mengerti apa arti sebuah perjuangan, pengorbanan dan keikhlasan. Perjuangan dan pengorbanan yang selalu disertai rasa keikhlasan. Jika mereka tak menghargai perjuangan dan pengorbananmu di masa lalu maupun saat ini, ketahuilah di sini, di tempat ini ada seorang anak yang bangga menyebut dan memperkenalkanmu pada dunia.


Puisi pertama:
Lelaki yang Menyayangiku dalam Diam
Depok, 13 November 2015


Wajah tegas penuh wibawanya selalu terlihat hangat
Walau tak pernah terucap kata manis tuk ungkapkan rasa
Tetapi ku tahu bahwa ia lah lelaki pertama yang menyayangiku
Lelaki yang selalu melindungi dan mencintaiku

Ia bukan seorang penyair yang terampil bermain kata
Ia bukan juga seorang pengumbar janji yang hanya memberi harap
Ia adalah seorang bermental baja dan berhati ksatria
Ya, dia lah ayahku sang pelindung bangsa

Aku mengerti bahwa tugasnyalah yang membentuk karakternya
Tegas, disiplin nan berwibawa
Namun, di balik itu semua terselip sebuah perhatian
Perhatian dan kekhawatiran yang sangat besar tuk keluarga

Ayah, dia lah sosok pelindung dan penyayang yang setia
Tak pernah ia lelah menyayangiku meski hanya terpendam dalam hati
Ia tak pernah ungkapkan bukan berarti tak merasakan
Ia hanya tak tahu apa yang harus dikatakan

Ayah, lelaki yang diam-diam mencemburuiku
Lelaki yang mengkhawatirkanku dalam diam
Ayah, ketahuilah bahwa tak kan pernah ada lelaki yang menggantikanmu
Dan ketahuilah bahwa engkau adalah lelaki pertama yang kusayangi dan akan tetap kusayangi


Puisi kedua:
Surat Cinta untuk Ayah
Depok, 9 November 2015


Sosok tegas nan berwibawa itu kini tengah berperang
Berperang antara keluarga dan profesionalismenya
Ia tegarkan hati dan berusaha tuk cepat kembali ke pelukan
Dia, yang selama ini ku panggil ayah

Dengan gagahnya ia langkahkan kaki tuk bela Ibu Pertiwi
Demi Ibu Pertiwi ia rela korbankan waktu berharganya
Waktu demi waktu yang ia habiskan tanpa belai lembut keluarga
Sungguh, aku tak pernah menyesal memilikinya

Ayah, ku tahu dalam diamnya terdapat rasa sayang tulus
Dia yang dalam diamnya tersimpan rasa cinta yang dalam
Dia yang dalam doanya terus menyebut nama kami
Dia yang dalam hatinya tercurah sebingkai perhatian

Aku tahu, ia tak pandai tuk ungkapkan segala rasa
Aku pun tahu bahwa dia diam-diam mengkhawatirkan kami disini
Kami yang selalu menjadi tempat ia kembali setelah berperang
Ayah, tanpa kata yang kau ucap aku mengerti semua risaumu

Ayah, mungkin kau hanya terjebak dalam raga yang kokoh nan tangguh itu
Tapi aku tahu jika kau pun dapat menangis dan mencinta
Ayah, tanpa kau berkata pun aku sudah merasakan besarnya cintamu
Dan ku harap Ayah pun merasakan besarnya cintaku untukmu..




0

Puisi dalam buku antologi puisi berjudul “Sajak-Sajak Anak Negeri, Indonesia Bersajak #1”

Posted by rhisma hilda on 21.20 in
Puisi dalam buku antologi puisi berjudul “Sajak-Sajak Anak Negeri, Indonesia Bersajak #1”

Antologi puisi ini terbit pada Januari tahun 2016 yang diterbitkan oleh Penerbit Rumah Kita. Puisi yang masuk di dalam buku ini berjudul ‘Getar Cinta dari Pelosok Negeri’.

Getar Cinta Dari Pelosok Negeri
Depok, 8 November 2015


Kaki-kaki mungil melangkah riang tanpa beban
Walau hanya beralaskan tanah dan beratap langit
Tempat itu tetap menjadi kebanggaan mereka
Ya, mereka anak pelosok negeri yang tak pernah berhenti bermimpi

Mereka gantungkan impian di setiap langkah mungilnya
Mereka gantungkan harapan di setiap tawanya
Mereka tak pernah mengeluh karena berada jauh dari sang ibu
Ibu yang berada di tengah hiruk pikuk keramaian kota tanpa henti

Bagi sebagian orang berada di tengah keramaian sang ibu adalah impian
Impian tuk mengadu nasib dan berebut belas kasih sesamanya
Namun bagi mereka ibu bukan hanya impian tetapi cinta
Mereka meletakkan cinta dalam setiap pengharapan pada ibu

Walau mereka tau bahwa sang ibu tak kan pernah merasakan cinta mereka
Walau sang ibu tak pernah mendengar dan melihat jerit mereka
Tetapi mereka tetap menanam cinta pada sang ibu
Menjadi bagian dari sang ibu meski hanya dalam sisi tergelap

Ibu, kini kau berada diantara bangunan besi nan megah
Berada jauh dari gapaian tangan mungil mereka
Tapi cobalah kau rasakan getar cinta dari hati mereka
Getar cinta persembahan dari mereka anak pelosok negerimu




Ini penampakan ebook-nya..




0

Puisi dalam buku antologi puisi berjudul “Angin Yang Menari di Kepala”

Posted by rhisma hilda on 21.17 in
Puisi dalam buku antologi puisi berjudul “Angin Yang Menari di Kepala”

Buku ini berisi puisi-puisi dari 65 penulis nusantara yang diterbitkan oleh FAM Publishing pada Desember tahun 2015. Dalam buku ini terdapat dua judul puisi ciptaan saya yaitu ‘Sahabat’ dan 'Sahabat Penuh Warna’ yang bertengger di halaman 222-225. Puisi-puisi ini saya buat untuk sahabat-sahabat saya. Puisi sahabat penuh warna ini pernah dibacakan oleh salah satu teman saya saat acara value 2012, yaitu acara perpisahan dan wisuda lokal di jurusan saya.


Puisi pertama:
Sahabat
Depok, 29 Agustus 2015

Sahabat..
Kurindukan keceriaan saatku bersamamu
Kurindukan kasih sayang tulus darimu
Saat kita tertawa bersama tuk segala kisah
Dan mulai menatap masa depan dengan keteguhan hati

Sahabat, apakah kau masih mengingatku?
Mengingat kala kita melangkahkan kaki bersama menuju gerbang kesuksesan
Tuk menggapai segala cita dan cinta yang terukir di masa lalu
Aku ingin sekali bertemu dan bertukar cerita denganmu

Sebingkai perjalanan kita terdahulu
Masih rapih menunggumu tuk kembali datang dan bercerita
Ya, bercerita apapun suasana hatimu
Denganmu lah ku tak pernah ragu tuk ungkap jati diri
Denganku pula lah kamu merasa bebas menjadi dirimu sendiri

Kamu, sahabatku..
Ya, kini mungkin kita memang telah terpisah tuk beberapa waktu
Namun, aku yakin kelak kesuksesan kan mengantarkan kita tuk bertemu kembali
Kembali menjadi sahabat yang tak terpisahkan lagi


Puisi kedua:
Sahabat Penuh Warna
Depok, 26 Agustus 2015

Langkah kaki yang menjajari langkahku
Genggaman erat yang menggenggam jemari tanganku
Seakan sebuah kekuatan tuk bangkitkan semangat

Senyum dan tawa yang terlukis di bibirnya
Membuatkan bersemangat tuk bangkit dan berdiri
Bahu lemah nan lembut yang kokoh kepunyaannya
Membantuku menahan beratnya beban yang kupikul

Ya, dia yang tak pernah mengeluh
Dia yang selalu setia membantuku
Mengusir jenuh dan penat yang selalu terlintas di benakku

Dia, yang selalu mengingatkan
Dia yang selalu mengajakku tuk lebih baik
Dia pula yang siap menjadi tempat pengaduan sementara

Walaupun dia bukanlah keluargaku
Namun, ia sudah menjadi bagian dari keluargaku
Menjadi bagian dari hidupku yang terindah
Ya, dialah sahabatku

Sahabat yang siap menegur saat ku buat kesalahan
Sahabat yang memberiku saran saat aku membutuhkan
Sahabat yang selalu siap menggenggam kala aku terjatuh

Terima kasih sahabat
Karena telah membuat hidupku penuh warna




Copyright © 2009 Coretan Kertas.. All rights reserved. Theme by Laptop Geek. | Bloggerized by FalconHive | Distributed by Deluxe Templates